ASPIRASISULSEL.COM, GOWA — Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Narkotika Kelas IIA Sungguminasa kembali menunjukkan komitmennya dalam memberikan pembinaan yang holistik bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Bekerja sama dengan mahasiswa Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar, Lapas Narkotika Sungguminasa menggelar kegiatan seminar psikoedukasi dengan tema “REBT to Meaning Life – Bercerita untuk Pulih” . Jumat (24/10/2025).
Kegiatan ini menghadirkan Nurhikmah M, seorang dosen sekaligus praktisi konseling dari My Counselor Indonesia, sebagai pemateri utama. Dalam penyampaian materinya, Nurhikmah menjelaskan pentingnya peran psikoedukasi dalam membantu individu memahami kondisi psikologis mereka, meningkatkan kesadaran diri, serta membekali dengan keterampilan mengelola emosi, stres, dan perilaku secara sehat.
“Psikoedukasi sangat penting karena membantu individu memahami kondisi psikologis mereka, meningkatkan kesadaran diri, dan membekali mereka dengan keterampilan untuk mengelola emosi, stres, dan perilaku secara sehat,” ujar Nurhikmah dalam sesi materinya.
Sekitar 30 orang WBP mengikuti kegiatan ini dengan penuh antusias. Melalui sesi interaktif dan reflektif, para peserta diajak untuk mengenal lebih dalam cara berpikir rasional dan membangun makna hidup yang positif melalui metode Rational Emotive Behavior Therapy (REBT).
Kepala Lapas Narkotika Sungguminasa, Gunawan, dalam tanggapannya menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini. Ia menegaskan pentingnya sinergi antara lembaga pemasyarakatan dan dunia akademik dalam memperkuat proses pembinaan mental dan psikologis warga binaan.
“Kami berterima kasih kepada pihak UIN Alauddin dan para pemateri yang sudah hadir. Kegiatan seperti ini sangat membantu dalam proses pemulihan mental warga binaan. Saya berharap seluruh peserta dapat memanfaatkan ilmu yang didapat untuk memperbaiki diri dan menata kehidupan yang lebih baik ke depan,” ungkap Kalapas Gunawan.
Melalui kegiatan ini, Lapas Narkotika Sungguminasa terus menunjukkan komitmennya untuk tidak hanya fokus pada pembinaan fisik dan keterampilan, tetapi juga pada pemulihan psikologis dan spiritual WBP sebagai bagian dari upaya mewujudkan pemasyarakatan yang lebih humanis dan bermartabat. (*).













